Menarik membaca komentar dari Jakarta Reader. Beliau menanggapi blog saya yang ini dengan memberikan pertanyaan lanjutan di komentar seperti ini:
"Bagaimanakah kita harusnya mengasihi tersangka musuh rakyat ini bila suatu hari terbukti melakukan kejahatan? Apakah kita tidak boleh
menghukumnya? Atau tetap menjatuhkan hukuman asalkan tidak merayakan kekalahannya? Apakah bentuk nyata kasih kita kepada sesama yang seperti ini?"
Saya akan membahas tentang keadilan dan kasih.
Apa itu keadilan? Ini sangat sulit dijelaskan karena keadilan menurut berbagai orang berbeda sekali. Hal ini disebabkan karena keadilan didasarkan berbagai bidang, konsep moral, hukum, kesamaan, etika, rasionalitas, dan agama.
Karena banyaknya perbedaan itu, saya akan mengambil keadilan menurut agama Kristen.
KEADILAN
Mari kita telaah Alkitab. Di Alkitab TB, kata keadilan muncul 190 kali.
Keadilan disebut berulang kali ketika umat berteriak meminta tolong.
Keadilan juga disebut berulang kali ketika Tuhan menjatuhkan hukuman.
Kita meminta keadilan ketika kita merasa ditindas dan hak kita dirampas. Meminta Tuhan agar turut campur tangan.
Kalau boleh saya simpulkan, keadilan adalah di mana hak setiap orang dapat dinikmati tanpa melanggar hak orang lain. Dan ini semua dilandaskan oleh hukum Tuhan yang berlaku.
Jika ada orang yang bersalah, melanggar hukum, maka orang tersebut harus menerima hukuman. Itu sebabnya banyak sekali aturan yang dibuat agar sesama manusia bisa hidup dengan rukun. Kita bisa melihat bahwa manusia berusaha agar bisa seadil-adilnya. Tetapi keadilan yang dibuat oleh manusia itu sarat dengan kepentingan.
Kita bisa melihat dari hukum "Ingat dan kuduskanlah hari Sabat". Hukum ini sebenarnya adalah untuk manusia (Mrk 2:27). Agar manusia bisa beristirahat. Tetapi di dalam prakteknya banyak sekali hukum turunan yang ada. Seperti tidak boleh bekerja, tidak boleh berjalan melebihi berapa langkah, tidak boleh mengangkat beban melebihi beban tertentu, dll.
KASIH
Kasih adalah perwujudan nyata dari memperlakukan manusia sebagai manusia dan Tuhan sebagai Tuhan.
Kasih tidak pernah memandang hal yang lain. Tidak memandang status, jabatan, harta kekayaan, ataupun perbuatan seseorang.
Kalau kita amati kitab Injil, maka kita bisa melihat kalau Tuhan Yesus dengan sengaja melanggar hari Sabat untuk menunjukkan kasih-Nya kepada manusia.
Para legalistik (orang yang suka menunjukkan supremasi hukum) akan mengatakan bahwa seharusnya Tuhan Yesus dapat menahan diri pada hari Sabat. Menolong orang memang baik, tetapi kan dapat dilakukan bukan pada hari Sabat.
Untuk hal ini Tuhan Yesus memberikan pertanyaan "Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya?"
"Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat."
Mana yang Harus Didahulukan?
Berat sekali menjawab itu dari sisi manusia. Saya lebih suka mendahulukan keadilan. Di sisi lain, semua tindakan Tuhan Yesus selalu mendahulukan kasih. Ini membuat dilema di dalam setiap keputusan yang harus diambil.
Tetapi tentunya ada panduan praktis di dalam mengambil keputusan.
Sebagi contoh: Jika pemotor melawan arus kendaraan, karena jika harus mengikuti aturan, ia harus memutar cukup jauh. Apa pilihan Anda? Menegakkan keadilan karena pemotor memang melawan hukum? Atau kasihan karena ia harus memutar jauh?
Tentunya dalam kasus ini, keadilan harus ditegakkan. Karena pemotor telah melanggar hak pengguna jalan lain. Bisa saja malah menimbulkan kecelakaan.
Dari contoh kasus di atas, keadilan dan kasih menjadi sesuatu yang berimbang. Kita mengasihi pemotor itu dengan memberikan hukuman yang pantas.
Dalam kasus SN Papa Minta Saham, proses pengadilanlah yang harus memutuskannya. Kita tidak bisa menutup mata terhadap kesalahan (jika terjadi) yang dibuatnya. Hukuman harus diberikan. Tetapi kita juga harus mengasihinya sebagai salah satu dari domba yang tersesat.
Bencilah dosanya tetapi kasihi manusianya! Itulah yang harus menjadi panduan kita!
Luk 23:34 Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."
Terima kasih telah merespon pertanyaan saya. Penjelasannya dapat saya mengerti dan terima dengan baik: Ada kasih dan ada keadilan. Kita harus menerapkan kedua-duanya. Saya terbayang bahwa bila kita menerapkan kasih saja, kita berlaku lemah atau memanjakan. Bila menegakan keadilan saja, kita cenderung dingin atau bahkan kejam.
ReplyDeleteDi Perjanjian Baru, Yesus Kristus mengajarkan supaya kita tidak melawan orang yang menampar pipi kanan kita, malah menawarkan pipi kiri. Setelah melakukan perenungan singkat, saya sangat meragukan kemampuan saya untuk selalu menjunjung standar kasih yang sangat tinggi ini. Saya mungkin butuh hikmat untuk mengambil reaksi yang tepat setiap saat. Tapi yang sudah tampak jelas: saya butuh untuk lebih mengasihi.
Saya sendiri terus bergumul dengan keputusan yang saya ambil setiap harinya. Apakah saya sudah memperlakukan manusia sebagai manusia? Terima kasih sudah berbagi pergumulan Anda.
ReplyDelete