Sudah terlalu lama saya tidak menulis di MeForChrist.
Kesibukan dan kesibukan yang ada membuat saya lupa untuk menulis.
Banyak hal telah terjadi sejak terakhir saya menulis. Kejadian yang paling besar adalah kelahiran putri pertama saya. Abigail Clarice Wibowo.
Ini adalah keajaiban dari doa dan penyerahan penuh kepada Tuhan.
Kami sudah menikah sejak 2007 dan Abigail lahir di 2014. Itu 7 tahun penantian lho! Atau lebih cocok 6 tahun penantian dengan berbagai drama klasik orang Asia.
Maksudnya drama?
Iya lah. Drama kehidupan yang tidak habis-habisnya.
Sebelum pacaran, ditanya kapan punya pacar.
Setelah pacaran, ditanya kapan menikah.
Setelah menikah, ditanya kapan punya anak.
Setelah punya anak, ditanya kapan punya anak kedua, dst nya.
Pada fase "kapan punya anak", kami sampai lelah menjelaskan kalau memang kami belum siap dan belum mau.
Kami belum mau karena kami belum siap. Belum siap mental. Terutama belum siap keuangan.
Punya anak merupakan tanggung jawab yang luar biasa. Kami tidak ingin jika anak kami tidak bisa lahir di RS yang baik, tidak bisa minum susu, tidak bisa bermain, dan tidak bisa - tidak bisa lainnya.
Kami ingin memberikan yang terbaik pada anak kami. Hal ini yang sering menjadi perdebatan dengan keluarga besar kami.
Penantian panjang selama 6 tahun akhirnya dijawab oleh Tuhan dengan tanda positif pada tes kehamilan. Kami bergembira dan khawatir. Kami tidak melakukan tes persiapan kehamilan. Hasil screening tes awal kehamilan, janin kami dibayangi ancaman toxoplasma. Perawatan dan konsultasi rutin memberikan dorongan semangat kepada kami.
Akhirnya Abigail lahir dengan selamat. Berat badannya luar biasa : 4,8 kg.
Saya dan isteri sangat bersyukur atas kedatangan Abigail.
Selama setahun ini, Abigail terus tumbuh menjadi anak ceria yang sangat suka tertawa.
Oh iya.. di mana bukti keajaiban doa dan penyerahannya?
Selama 6 tahun kami terus berdoa memohon anak. Tidak memakai kontrasepsi.
Setelah 6 tahun akhirnya kami berserah dan pasrah, mengatakan "Mungkin Tuhan tidak mengijinkan kita mempunyai anak. Tidak apa-apa juga. Yang penting kita suami-isteri tetap senang-senang aja".
Selesai kami berkata seperti itu, tidak lama kemudian haid isteri terlambat.
Bagaimana dengan cerita Anda? Bisa berbagi di komentar?
Kesibukan dan kesibukan yang ada membuat saya lupa untuk menulis.
Banyak hal telah terjadi sejak terakhir saya menulis. Kejadian yang paling besar adalah kelahiran putri pertama saya. Abigail Clarice Wibowo.
Ini adalah keajaiban dari doa dan penyerahan penuh kepada Tuhan.
Kami sudah menikah sejak 2007 dan Abigail lahir di 2014. Itu 7 tahun penantian lho! Atau lebih cocok 6 tahun penantian dengan berbagai drama klasik orang Asia.
Maksudnya drama?
Iya lah. Drama kehidupan yang tidak habis-habisnya.
Sebelum pacaran, ditanya kapan punya pacar.
Setelah pacaran, ditanya kapan menikah.
Setelah menikah, ditanya kapan punya anak.
Setelah punya anak, ditanya kapan punya anak kedua, dst nya.
Pada fase "kapan punya anak", kami sampai lelah menjelaskan kalau memang kami belum siap dan belum mau.
Kami belum mau karena kami belum siap. Belum siap mental. Terutama belum siap keuangan.
Punya anak merupakan tanggung jawab yang luar biasa. Kami tidak ingin jika anak kami tidak bisa lahir di RS yang baik, tidak bisa minum susu, tidak bisa bermain, dan tidak bisa - tidak bisa lainnya.
Kami ingin memberikan yang terbaik pada anak kami. Hal ini yang sering menjadi perdebatan dengan keluarga besar kami.
Penantian panjang selama 6 tahun akhirnya dijawab oleh Tuhan dengan tanda positif pada tes kehamilan. Kami bergembira dan khawatir. Kami tidak melakukan tes persiapan kehamilan. Hasil screening tes awal kehamilan, janin kami dibayangi ancaman toxoplasma. Perawatan dan konsultasi rutin memberikan dorongan semangat kepada kami.
Akhirnya Abigail lahir dengan selamat. Berat badannya luar biasa : 4,8 kg.
Saya dan isteri sangat bersyukur atas kedatangan Abigail.
Selama setahun ini, Abigail terus tumbuh menjadi anak ceria yang sangat suka tertawa.
Selama 6 tahun kami terus berdoa memohon anak. Tidak memakai kontrasepsi.
Setelah 6 tahun akhirnya kami berserah dan pasrah, mengatakan "Mungkin Tuhan tidak mengijinkan kita mempunyai anak. Tidak apa-apa juga. Yang penting kita suami-isteri tetap senang-senang aja".
Selesai kami berkata seperti itu, tidak lama kemudian haid isteri terlambat.
Bagaimana dengan cerita Anda? Bisa berbagi di komentar?
Agak bingung nih ko. Katanya blm mau punya anak, tp penantian 6than sampe pasrah dkk...mungkin perlu dijelaskan ke pemirsa, kpn akhirnya memutuskan mau punya dan kenapa hehe usil aja yg komen nih..
ReplyDeleteKaga apa usil. Betul juga alur ceritanya sedikit membingungkan. Untuk klarifikasi, setahun terakhir lebih mengharapkan segera punya anak alias di tahun kelima.
DeleteFani jg ga nyangka ternyata koko n ci tin uda ngarep2 punya baby. Syukurlah sekarang uda ada abigail yg lucuuuu :)
ReplyDeleteHahaha... Anak pasti diharapkan. Memang kita kesannya seperti tidak peduli dan senang aja berduaan. Tetapi mungkin itu karena sudah berserah. Jadi silahkan Tuhan yg bekerja.
Delete