Tempat Paling Menakutkan di Dunia
Saya merasakan tempat paling menakutkan di dunia adalah di mana saya tidak bisa menolong anak saya. Kejadian yang saya dan isteri alami sebelum ini, benar-benar membuat saya tidak bisa tidak untuk memikirkan keamanan keluarga saya.
Rumah
Kejadian tersebut terjadi di apartemen saya. Di kediaman saya sendiri. Di mana itu seharusnya menjadi tempat yang paling aman untuk seorang anak. Saya tidak bisa menghapus ingatan saya akan tatapan mata anak saya. Ia berteriak meminta tolong melalui tatapan matanya. Kejang demamnya membuat ia tidak bisa bernafas dan tidak bisa menangis. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Hanya matanya saja yang berteriak.
Pengalaman itu membuat saya merasakan rumah saya bukan tempat yang aman. Rumah saya telah menjadi salah satu tempat paling menakutkan di dunia bagi saya.
Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit
Saya segera membawa anak saya ke Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit. Ini menjadi perjalanan terpanjang di dalam hidup saya. Anak saya sudah mulai bernafas lagi sesaat sebelum kami berangkat ke rumah sakit. Tetapi tetap saja hal ini tidak membuat saya menjadi lega. Untung yang mengendarai kendaraan kami adalah tetangga. Ia tidak terlalu terpengaruh secara emosi dengan keadaan anak saya sehingga ia bisa berkonsentrasi penuh mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Jika saya yang bawa, tentu bisa lebih berbahaya.
Di Rumah Sakit, anak saya segera diberikan masker oksigen. Para perawat segera berusaha mencari pembuluh darah agar dapat dengan segera memberikan infus obat. Tetapi mereka tidak dapat dengan segera menemukan pembuluh darah tersebut. Pertama di tangan kanan. Berhasil masuk tetapi pembuluh darahnya segera membeku. Pindah ke tangan kiri juga demikian. Akhirnya pindah ke kaki dan berhasil.
Selama proses tersebut, saya merasakan Instalasi Gawat Darurat di rumah sakit adalah tempat yang paling menakutkan di dunia. Saya tidak mau kehilangan anak saya.
Kamar Perawatan di Rumah Sakit
Akhirnya anak saya harus dirawat untuk beberapa hari di rumah sakit. Untuk dilihat perkembangannya. Suhu tubuh anak saya tetap tinggi untuk hari pertama di rumah sakit.
Begitu anak saya sudah masuk ke kamar perawatan, saya segera pulang untuk mengambil beberapa potong pakaian untuk saya, isteri, dan anak saya.
Saya kembali ke rumah sakit dan menemani isteri dan anak di sana. Untung pihak rumah sakit mengijinkan kami menunggui anak kami. Tahu kan kalau rumah sakit punya kebijakan kalau pasien hanya boleh ditunggui oleh satu orang.
Saya dan isteri tidak habis-habisnya menangis pada malam itu. Kami terus-menerus menciumi anak kami. Kami tidak bisa tertidur dengan nyenyak. Sebentar isteri yang bangun mengecek anak kami. Saya pun ikut terbangun. Jika saya yang terbangun, isteri juga terbangun. Anak kami bergerak sedikit, kami terbangun.
Kami hanya bisa berdoa dan menangis. Kami sama sekali tidak siap jika Tuhan mengambil anak kami pada hari itu.
Baru pada hari kedua, suhu tubuh anak kami mulai kembali ke normal. Sesekali melonjak ke 37,5 C, tetapi obat panas yang masih diberikan secara rutin berhasil mengontrol panas tubuhnya.
Kamar perawatan di rumah sakit benar-benar menjadi satu tempat paling menakutkan di dunia bagi kami.
Rumah lagi, Rumah Sakit lagi
Sekembalinya kami dari rumah sakit, kami tidak segera tenang dan melanjutkan kehidupan normal kami. Kami masih trauma. Saya terbayang wajah biru tanpa nafas anak saya di ujung ranjang setiap saya masuk kamar.
Terlebih lagi, anak kami sekarang BAB dengan ada darah. TIDAK!!
Kami segera kembali ke panic mode on. Pagi hari saya seharusnya sudah berangkat ke kantor, tetapi saya memutar kembali mobil ke rumah dan mendapati memang anak kami BAB darah. Dokter anak langganan kami sedang cuti dan kami segera memilih dokter siapa saja yang sedang bertugas.
Kami pun kembali ke rumah sakit.
Dokter segera menginstruksikan berbagai macam tes. Untung indikasi yang ada tidak menunjukkan sesuatu yang berbahaya. Dokter memberitahukan dengan jelas apa saja yang harus kami lakukan.
Saya sangat senang dengan segala informasi yang diberikan dokter kepada kami. Sangat detail dan menyeluruh. Dokter tersebut menginformasikan tanpa kami harus bertanya. Saya merasakan kalau beliau menganggap anak kami adalah anaknya.
Dokter pun tidak menganjurkan rawat inap. Kami hanya perlu mengawasi pola makanan dan minuman anak kami. Semuanya harus dari air mendidih untuk membunuh kuman yang ada. Tentunya jika hendak dikonsumsi, air mendidih tersebut harus menjadi suhu ruang dulu.
Tempat Paling Menakutkan di Dunia
Tentu saja dari cerita di atas saya dapat menyimpulkan bahwa Rumah dan Rumah Sakit adalah tempat paling menakutkan di dunia bagi saya.
Saya sangat ketakutan jika mendapati rumah saya tidak ada lagi tawa dari anak kami.
Saya sangat ketakutan jika harus kehilangan keluarga saya.
Saya belum siap. Saya hanya berdoa meminta kepada Tuhan agar saya diberikan umur cukup untuk melihat anak saya dewasa dan mandiri. Tentu saja agar saya yang terlebih dahulu dipanggil oleh Tuhan. Mana ada orang tua yang ingin melihat anaknya meninggal terlebih dahulu.
Bersyukur kepada Tuhan
Saya belajar melalui pengalaman ini bahwa saya benar-benar bersyukur atas perlindungan Tuhan kepada keluarga kami. Saya percaya bahwa Tuhan memberikan yang terbaik. Kami sebagai keluarga merasakan tekanan yang luar biasa dengan kejadian ini.
Jujur. Saya akan marah besar kepada Tuhan jika anak kami diambil pada saat itu. Mungkin pula saya akan berbalik dari-Nya. Tetapi ketika saya merefleksikan segala sesuatu dari proses ini, iman saya semakin dikuatkan untuk mengikuti Kristus.
Saya lebih mengerti Firman Tuhan yang mengatakan bahwa Tuhan dekat dengan mereka yang hatinya hancur.
Mzm 34:18 (34-19) TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.
Mzm 51:17 (51-19) Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
Seandainya hati saya tidak dibuat patah, hancur, dan remuk. Apakah saya tetap mencari-Nya?
No comments:
Post a Comment